Mari Bertransformasi
“Tapi gimana mau menjaga jika kita terus-terusan menyepelekan
bentuk kasih sayang buah dari cinta itu?”balasnya.
“Oke, mari kita bangun lagi dari awal dengan mentransformasinya
pada posisi yang benar?”
“Bisa kan?”lirihku.
Dia hanya terdiam tanpa memberikan tanggapan apapun. Tak mendapat
respon yang baik, aku bergegas meninggalkan kesunyian yang menghinggapinya. Tak
kuhiraukan lagi suara desir angin yang menyambut keheningan malam itu. Dengan
perasaan kesal bercampur emosi aku berjalan menjauhi sosok wanita berparas ayu
nan indah dipandang mata. Maklum, bukan hanya aku saja yang mencoba untuk
bersilaturahmi dengannya, namun ribuan bahkan jutaan lelaki ingin sekedar tau
nama dan biodatanya.
Ketika
diperjalanan masih saja menjerit suara hati yang tak mendapat ketenangan ini.
Masih terngiang jelas raut wajah mungil dan memesona yang belakangan menjadi
bagian dari perjalanan bahtera hayatku. Namun, hari ini aku seperti tak
mendapat oksigen cukup untuk memaksimalkan kerja paru-paruku menyambung untuk
berespirasi.
“Ach,
andai saja semua tak terjadi di belakang, pasti aku takkan melakukan
itu”gerutuku dalam hati. Buat apa
kusesali sesuatu yang tak mungkin untuk terulang, tapi setidaknya aku masih
bisa intropeksi diri. Mengapa hal ini sampai terjadi. Penyesalan kembali
menjadi duri penusuk bagi seonggop daging pengecap emosionalku. Namun, untuk
saat ini aku harus berani menampar diriku dengan keras atas semua yang menjadi
polemik beralasan ini. Bukan tidak mungkin waktu akan kembali menyatukan dua
hati yang saling mengharap ridho Ilahi.
Tak
ada kata terlambat untuk memulai suatu hal yang baik, nenekku saja yang sudah
berusia uzur masih bisa membaca al-Qur’an dengan baik, padahal awalnya sama
sekali buta. Jika ada ada kemauan pasti pintu terbuka lebar. Yah, prinsip
itulah yang mencambuk keinginanku untuk mewujudkan penantian yang tak
berkesudahan. Ntah sampai kapan waktunya tiba, namun aku berkeyakinan bahwa
usaha manusia tidak diremehkan oleh Sang Maha jika kita bersungguh-sungguh.
Perhatian
dan respekku setelah _-_ malah semakin dekat. Bukan maksud untuk membunuh
naluri manusia yang mrnjunjung tinggi nilai persaudaraan. Begitulah
kenyataannya. Aku tak sanggup untuk membenci orang lain. Seberapa besar hati
ini tersakiti, sebesar itulah aku membalasnya dengan kasih sayang.
Alhamdulillah aku diberi sifat seperti ini. Sifat yang menjadi kelebihan
bagiku. Tidak masalah orang lain
menganggap itu konyol atau apalah. Namun, ambil sisi positif dari semua
itu.
Dasar
manusia memiliki rasa kasih sayang memang diwajibkan dalam kitab manapun, Allah
saja menyuruh kita untuk saling mencintai dan menyayangi sesama. Kenapa tidak
kita lakukan. Namun satu pelajaran yang dapat dipetik adalah “posisikanlah
bentuk cinta dan kasih kita kepada sesama itu dengan benar, jangan berlebihan
dan menyalahi aturan main yang telah dibuat”
Pesan
buat muda-mudi Indonesia generasi perubahan bangsa ke depan. Janganlah
sia-siakan waktu mudamu. Berkaryalah untuk kemajuan diri dan bangsamu.
Manfaatkan segala sumber daya yang telah tersedia. Kita calon pemimpin bangsa
ke depan, jika karakter dan perilaku seperti ini yang kita tampilan nantinya dalam
menangkap estafet kepemimpinan bangsa ini, sungguh jahat kau sebagai seorang
agen transformasi yang dinamis.
Mari Bertransformasi
Reviewed by Bamzsusilo
on
Rabu, Juni 13, 2012
Rating:
Berat bahasamu bem...
BalasHapusgak sebanding sama badanmu..