Langkah Berani Menggapai Mimpi #1
Sebelum membaca, ada baiknya kita saling berkenalan di media sosial Instagram di sini
Chapter I
Satu bulan lengkap sudah aku menjalani pendidikan di bangku magister. Banyal hal baru yang kuperoleh saat bertengger di kampus yang katanya University of Character Building. Mulai dari niat hati untuk melanjutkan studi, proses pendaftaran, ujian seleksi, deg-degan melihat pengumuman kelulusan, orientasi dan kuliah umum dengan pimpinan pasca dan Rektor dan yang terakhir perkuliahan selama sebulan terakhir. Baik. Mari kita ulas satu persatu hal baru di atas.
Chapter I
Satu bulan lengkap sudah aku menjalani pendidikan di bangku magister. Banyal hal baru yang kuperoleh saat bertengger di kampus yang katanya University of Character Building. Mulai dari niat hati untuk melanjutkan studi, proses pendaftaran, ujian seleksi, deg-degan melihat pengumuman kelulusan, orientasi dan kuliah umum dengan pimpinan pasca dan Rektor dan yang terakhir perkuliahan selama sebulan terakhir. Baik. Mari kita ulas satu persatu hal baru di atas.
Niat
awal aku sudah bertekad akan melanjutkan studi sebagai salah satu cara melunasi
janji kemerdekaan yaitu mencerdaskan anak bangsa, ceileh. Ya mau gimana lagi
jika ingin mencerdaskan kalau pelakunya tidak cerdas. Realistis memang. Selain
itu lingkungan sekitar yang memberikan dorongan dan masukan termasuk
orang-orang yang berpengaruh besar membangun karakter untuk ikut serta melunasi
janji kemerdekaan. Apaan sih, 17-an udah lewat looh. Hehehe.
Yah,
sebut saja para dosen yang turut memberikan motivasi dengan cara bertanya.
Seperti ini pertanyaan mereka. “udah
semester berapa dek?”, “S2 dimana dek?”,
Udah ngajar kan dek?”, “dosen di jurusan apa dek?”.
Pertanyaan-pertanyaan di atas sudah terlalu sering ditanyakan oleh beberapa
dosen yang belum mengenalku di kampus. Maklumlah, semasa kuliah di IAIN lebih
sibuk mengurus organisasi kampus di sekretariat ketimbang menyusun KRS di
prodi. Dampaknya jadi kurang di kenal oleh beberapa dosen di fakultas.
Akhirnya
dari beberapa sengatan yang dilancarkan beberapa dosen terkait status kuliahku
yang pada saat itu baru saja menyelesaikan kuliah S1 mendorongku untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi lagi. Tentunya tak hanya sekedar
pertanyaan-pertanyaan seperti di atas yang mendorongku berniat seperti ini,
lebih lanjut aku melihat peluang strategis yang bisa aku manfaatkan setelah
menyelesaikan pendidikan di S2. Insya Allah. Peluang apa Mbeng? Ada aja.
Setelah
tekad bulat dan sedikit keberatan dari ortu. Aku tetap beranikan diri mendaftar
ujian seleksi penerimaan mahasiswa. Aku tak memberitahu ortu kalau aku mendaftar.
Bahkan sampai di hari ujian aku juga tak meminta ortu untuk mendoakanku supaya
lulus. Parahnya, hingga di hari pengumuman kelulusan pun aku belum memberitahu.
Akhirnya kakakku menelepon dan bertanya,
“Kau
lulus S2 ya Mbang?”
“Iya
Kak Titi.”
“Oh.”
Lalu
telepon dimatikan. Lantas aku berpikir bahwa orangtuaku akan kecewa dengan
keputusan yang aku ambil saat itu. Karena, mereka terang-terangan tak bisa
banyak membantu secara finansial dalam proses kuliah nantinya. Setelah berita
kelulusan tersebut, aku malah bingung mau memulai darimana. Memulai untuk
mencari dana yang harus dibayarkan sebelum benar-benar sah menjadi seorang
mahasiswa pascasarjana. Dengan jumlah dana administrasi yang terbilang besar.
Aku tak mampu hanya mengandalkan tabunganku yang hanya berjumlah 15% dari total
jumlah yang harus dilunasi. Aku kalut. Bingung. Ntah mau berusaha darimana.
Waktu yang tersisa untuk melunasi hanya 5 hari.
***
Tiga
hari berlalu aku belum dapat berusaha apa-apa. Aku juga tak mampu menyampaikan
hal ini kepada ortu. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan dan waktu yang
mendesak, malamnya aku berpikir untuk pulang saja menjumpai ortu di kampung.
Siapa tahu kondisi finansial sedang mendukung. Harapan untuk melanjutkan
pendidikan sudah hampir pupus. Ortu senang anaknya punya keinginan besar, namun
belum bisa membantu karena uang simpanan sudah hampir menipis.
Ternyata
Bapakku sudah mengusahakan terlebih dahulu. Dia berniat menjual kereta GL Pro
yang digunakan di kampung. Dengan catatan, kereta CB150R yang aku tunggangi di
Medan dikembalikan kepada Bapakku. Tanpa pikir panjang aku mengiyakan. Aku siap
tak menggunakan kereta lagi untuk waktu yang belum ditentukan. Oh No. Akhirnya
selama SMA, S1 aku difasilitasi orangtua dengan sebuah kereta, akhirnya dengan
besar hati aku mengandalkan pinjaman dari kawan-kawan kampus untuk keperluan
yang memanfaatkan kereta.
Syukurnya
kampusku dan tempat kerjaku terletak di jalan yang sama. Bahkan berseberangan. Memang
takdirku sangat baik. Telah diatur sedemikian mudahnya oleh Yang Maha Pengatur.
Mudah-mudahan kesulitan yang tak sesuai dengan kemampuan senantiasa dijauhkan
dari kehidupanku. Itu harapannya. Kembali lagi kepada Sang Khalik. Akhirnya,
kuliahku sebulan ini berjalan lancar, mau tau kelanjutannya? Tunggu cerita
selanjutnya ya.. Makasih Bembengers.
Langkah Berani Menggapai Mimpi #1
Reviewed by Bamzsusilo
on
Selasa, September 01, 2015
Rating:
BalasHapusI am actually thankful to the holder of this web site who has shared this enormous paragraph at at this time. all of craigslist