Psikologi Kaum Millenial Dalam Menentukan Suara Politiknya, Kamukah itu?

Psikologi pemilih kaum millenial tidak hanya dipengaruhi beberapa indikator seperti figur dan elektoral partai pengusung. Bro dan sis akan lebih menjatuhkan suara politiknya dengan  melihat kepeduliannya terhadap potensi ekonomi kreatif yang saat ini digandrungi anak millenial. Sebut saja e-commerce.

Kaum millenial akan melihat gagasan dan program yang memang langsung bersentuhan dengan keseharian mereka

Kaum millenial akan melihat gagasan dan program yang memang langsung bersentuhan dengan keseharian mereka. Misalnya seorang anak muda yang memiliki bakat di bidang konten kreatif e-commerce tentu akan sedikit banyaknya akan memilih pemimpin di negara ini yang peduli terhadap perkembangan ekonomi kreatif, khususnya dibidang ekonomi berbasis digital.

Kaum Millennial adalah mereka yang kelahirannya antara tahun 1981-1994 (beberapa yang lain menyebut hingga sebelum tahun 2000)

Kaum Millennial adalah mereka yang kelahirannya antara tahun 1981-1994 (beberapa yang lain menyebut hingga sebelum tahun 2000). Mereka juga adalah orang-orang dengan usia produktif. Bisa dibilang millennial tidak percaya lagi kepada distribusi informasi yang bersifat satu arah. 

- Tidak Mudah Percaya 
 Mereka lebih percaya kepada konten dan informasi yang dibuat oleh perorangan. Mereka tidak terlalu percaya pada perusahaan besar dan iklan, mereka lebih mementingkan pengalaman pribadi ketimbang iklan atau review konvensional.

Dalam hal pola konsumsi, banyak dari kalangan millennial juga memutuskan untuk melakukan pembelian suatu produk, setelah melihat review atau testimoni yang dilakukan oleh orang lain di internet. Mereka juga tak segan-segan membagikan pengalaman buruk mereka terhadap suatu mereka

- Lekat Dengan Medsos
Mereka (generasi milenial) identik dengan generasi yang lekat dengan penggunaan sosial media, baik jejaring pertemanan maupun pengunaan aplikasi tanda eksistensi diri. Sebagai generasi penerus di era yang penuh terpaan media, mereka dituntut untuk selalu menyesuaikan diri dengan cepat dan berprestasi akibat ketatnya persaingan. Pernyataan itu diungkapkan  Untung Subroto Dharmawan, Psikolog Klinis dari Universitas Tarumanagara dalam siaran pers di beebrapa media online.

- Dua Kelompok 
 Untung mengatakan, generasi milennial dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ada di usia 21-37 tahun, yaitu yang telah mendapatkan achievement akan dirinya, mulai menentukan tujuan hidup dan berumah tangga.

Kelompok kedua adalah remaja akhir berusia 17-21 tahun. Mereka masih bergantung pada orang tua. Cenderung lebih ingin bebas dan sangat mudah dipengaruhi oleh role model,

Sehingga kaum millenial akan lebih banyak pertimbangan ketika memilih calon pemimpin. Dengan segala ambisinya yang tinggi dan sangat mempertimbangkan untuk kebaikan potensi dirinya, sehingga memilih dengan tujuan yang jelas dan gagasan yang nyata adalah sebuah keharusan.
- Bersikap Realistis

Dan kaum millenial juga kerap mendiskusikan dan berbagi terkait latar belakang, track record dari seorang calon pemimpin kepada lawan debat maupun sesama komunitas. Sehingga plus dan minus terhadap perbedaan pandangan dari kesimpulan berdiskusi menjadi salah satu rujukan juga dalam mengambil sikap dan menentukan pilihan suara.

Kau millenial cenderung mengikuti perkembangan salah seorang calon yang menjadi panutannya. Dan tak jarang ia mengkritik jika yang dilakukannya di dunia maya mengganggu jalan pikiran rasionalnya. Sehingga sikap kritisnya dapat membantunya dalam menguatkan pilihan.

Kita tidak bisa membayangkan millenial dalam politik. Artinya dalam konteks misalkan 212. Sebagian jelas ada yang bisa menjadi pendukung Anies. Tapi di sisi lain sebagian mungkin ada yang mengusung logo-logo kebhinekaan, atau sebagai tanda protes. 
foto: google

Memang millenial beragam, dan itu harus kita terima. Dan mereka akan terlibat dalam pola-pola semacam ini ke depannya ungkap peneliti Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI Ibnu Nadzir Daraini dalam diskusi

Itulah beberapa sikap kaum millenial dalam menentukan suaranya di pilkada maupun pilpres nantinya. Sehingga tak heran, kaum millenial yang memiliki suara potensial akan berkontribusi besar terhadap nilai demokrasi di tanah air .
Psikologi Kaum Millenial Dalam Menentukan Suara Politiknya, Kamukah itu? Psikologi Kaum Millenial Dalam Menentukan Suara Politiknya, Kamukah itu? Reviewed by Bamzsusilo on Senin, Mei 14, 2018 Rating: 5

1 komentar

  1. Semoga kedepannya akan ada dukungan lebih dari pemerintah terhadap usaha jasa pengiriman logistik. Sehingga diberikan fasilitas yg lebih baik dan memadai. Aamiin

    BalasHapus

Berkomentarlah yang sopan dan bijak..

Post AD

home ads