Dilema Freeport Diakuisisi Pemerintah, Berkah atau Musibah?

Freeport adalah bagian dari kekayaan negara yang mesti dilindungi. Baik dari hasil tambangnya, apalagi pengelolaannya. Hingga pada akhirnya polemik Freeport bisa diambil alih PT Inalum sebesar 51% berkat kengototan pemerintah memperjuangkan kekayaan negara.

Tentu sebagai pemegang saham mayoritas, akan timbul beberapa perubahan yang siginifikan, di antaranya yan paling krusial dan urgen adalah manajemen pengelolaan. Hal inilah yang amat penting terkait keberlangsungan Freeport yang ke depannya akan lebih membutuhkan diplomasi dan renegoisasi.

Kemungkinan besar kendali menajemen tetap ada di tangan Inalum. Sehingga berbagai keputusan strategis terkait perusahaan masih ada di pihak nasional. Ini yang menguntungkan, sekaligus dilematis. Mengapa?

Sementara itu aspek teknis pertambangan memanfaatkan sumber daya dan pengalaman Freeport yang sudah 51 tahun menggarap lahan pertambangan. Adapun pertambangannya berlokasi di dataran tinggi Tembagapura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua tersebut.
foto: dokumen pribadi

Dengan adanya sinergi tersebut, kegiatan pertambangan Freeport Indonesia diharapkan mampu memberikan kontribusi yang optimal kepada negara secara jangka panjang.

Permasalahannya, apakah sesederhana itu pengelolaan Freeport dengan kehadiran Inalum sebagai pemegang saham mayoritas?

Bambang Susigit dari Dirjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM  menyampaikan bahwa Freeport dapat menghasilkan produksi hingga 2041 dalam bijih sebesar 2,1 juta ribu Ton. Dengan biaya berkisar 2000 juta USD.

Selanjutnya selama operasional jumlah karyawan dan kontraktor hingga data Desember 2016 lalu mencapai 33.452 pekerja yang tersebar dari kontraktor, non Papua, Asli Papua, dan tenaga kerja asing.

Foto: istimewa
Irwandy Arief dari Indonesian Mining Institute mengatakan diperlukan perencanaan terintegrasi pasca akuisisi Freeport, diantaranya menyatukan visi dan strategi holding pertambangan, mengembangkan usat industi pertambangan Papua untuk pembangunan wilayah di Papua. Kemudian rencananya adalah meningkatkan proses pertambangan yang berkelanjutan.

Diharapkan Freeport menjadi perusahaan kelas dunia yang menjadi andalan pertambangan Indonesia ke depannya. Baik dari segi pemanfaatannya, budayanya, teknologi dan lain-lainnya.

Tantangannya?
Selanjutnya, bagaimana negara siap menghadapi persoalan teknologi dan SDM yang mumpuni? Karena sekalipun kekayaan alam ini bisa kita ambil seutuhnya namun jikalau tidak diserahkan untuk diurus kepada yang ahlinya. Tentu hasilnya tidak akan maksimal.

Tantangan yang perlu dihadapi dengan serius menurut Mulawarma Pakar Pertambangan diantaranya, cadangan biji yang sangat dalam yang tentu membutuhkan teknologi tinggi. Kemudian wilayah yang terpencil dengan akses terbatas kuga cukup menjadi persoalan.

PR Pemerintah
Belum lagi peralatan dan kebutuhan pendukung lainnya dipastikan banyak menyedot dana yang cukup besar. Tentu di samping itu tenaga kerja menjadi polemik negara ini belakangan yang kerap mempercayakan kepada tenaga asing.

Sehingga pemerintah mesti mendukung strategi plan yang matang dengan menyiapkan teknisi-teknisi handal guna menjawab manajemen handal yang telah diterapkan Freeport sejauh ini.

Teknologi juga menjadi hal vital terkait pengadaan alat alat pertambangan berstandar internasional. Karena diperkirakan produksi yang begitu besar hanya akan mampu dilaksanakan orang orang berpengalaman yang masih minim dimiliki Indonesia.

Sudah selayaknya kekayaan negara dikerjakan dan diolah oleh putra putri bangsa sendiri. Kita tidak perlu lagi bahkan menyerahkan aset pekerja tingkat bawah dan atas kepada asing.

foto: dokumen pribadi
Sehingga PR pemerintah adalah mengumpulkan putra-putri terbaik bangsa yang punya kualifikasi dan jam terbang lumayan di bidang pertambangan. Karena banyak tenaga ahli yang berasal dari tanah air alah bekerja diluar negeri. Tugas negara adalah memulangkannya dan memberikan jaminan pekerjaan dan kesejahteraan.

Itulah beberapa uraian yang dibahas dalam acara diskusi terbatas bertama Skenario Bisnis pasca Akuisisi Freeport tersebut. Senin (17/9/2018) di salah sau Hotel bintang lima di Jakarta Pusat. Diskusi juga dihadiri Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sukamdaru Prihatmoko yang sedikit menjelaskan wilayah geografi wilayah Papua dan tantangannya bagi keberadaan Freeport. Acara terlaksana berkat kerjasama Bisnis Indonesia dengan instansi terkait.



Dilema Freeport Diakuisisi Pemerintah, Berkah atau Musibah? Dilema Freeport Diakuisisi Pemerintah, Berkah atau Musibah? Reviewed by Bembengers on Rabu, September 19, 2018 Rating: 5

Tidak ada komentar

Berkomentarlah yang sopan dan bijak..

Post AD

home ads